Qada adalah
keputusan yang sudah ada sebelum adanya dunia
Qadar adalah keputusan Allah setelah manusia dilahirkan
Qadar bersifat lebih dulu keberadaannya dan qadar bersifat baru atau kemudian. Ungkapan iman kepada qada dan qadar sering disebut iman kepada takdir yang bermakna mempercayai secara sungguh-sungguh terhadap segala ketentuan dan ketetapan Allah yang berlaku bagi semua ciptanNya. Ketentuan tersebut adalah baik yang telah terjadi, sedang terjadi, akan terjadi.
Percaya kepada takdir Allah hendaknya dipahami dan diyakini dengan hati-hati dan didasari dengan iman yang kukuh, pengetahuan yang luas, dan ikhlas sehingga tidak menimbulkan pemahaman yang salah atau terhindar dari akidah yang menyesatkan. Disamping itu, iman kepada takdir tidak boleh menimbulkan sikap malas bekerja, apatis, acuh tak acuh, dan tidak mau berusaha. Kesalahan memahami takdir akan menimbulkan anggapan bahwa manusia itu ibarat robot sehingga tidak mempunyai daya kekuatan dan kekuasaan sedikit pun.
Qadar adalah keputusan Allah setelah manusia dilahirkan
Qadar bersifat lebih dulu keberadaannya dan qadar bersifat baru atau kemudian. Ungkapan iman kepada qada dan qadar sering disebut iman kepada takdir yang bermakna mempercayai secara sungguh-sungguh terhadap segala ketentuan dan ketetapan Allah yang berlaku bagi semua ciptanNya. Ketentuan tersebut adalah baik yang telah terjadi, sedang terjadi, akan terjadi.
Percaya kepada takdir Allah hendaknya dipahami dan diyakini dengan hati-hati dan didasari dengan iman yang kukuh, pengetahuan yang luas, dan ikhlas sehingga tidak menimbulkan pemahaman yang salah atau terhindar dari akidah yang menyesatkan. Disamping itu, iman kepada takdir tidak boleh menimbulkan sikap malas bekerja, apatis, acuh tak acuh, dan tidak mau berusaha. Kesalahan memahami takdir akan menimbulkan anggapan bahwa manusia itu ibarat robot sehingga tidak mempunyai daya kekuatan dan kekuasaan sedikit pun.
Hubungan Qadha dengan Qadar
Pada uraian berikutnya telah dijelaskan bahwa segala
sesuatu yang terjadi adalah atas qadha dan qadar Allah. Tetapi manusia juga di
wajibkan untuk selalu berusaha sesuai dengan kemampuannya, untuk mengubah
keadaan dan nasibnya. Sebagaimana firman Allah SWT. Yang artinya :
Sesungguhnya Allah tidak mengubahkeadan suatu kaum,
sehingga mereka (berusaha( nengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.(QS.
Ar Radu:11)
Penjelasan di atas menunjukan adanya hubungan antara
takdir Allah dengan ikhtiar manusia. Sebagian yang terjadi pada manusia ada
yang tidak dapat di hindarkan atau dielakkan, misalnya ketetapan kapan dan
dimana ia akan lahir, berkelamin lelaki atau perempuan, kapan dan dimana ia
akan meninggal dan sebagainya. Tetapi manusia juga mengetahui bahwa sebagian
yang terjadipada dirinya ada penyebabnya, seperti rajin belajar akan
menyebabkan pandai, berusaha dan bekerja keras akan mendapatkan hasil yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan sebagainya.
Dengan demikian manusia tidak haya sekedar menunggu
ketentuan takdir, tetapi ia juga diberikan kebebasan bahkan diharuskan untuk
berbuat dan berikhtiar. Meskipun dalam berikhtiar ia memilih jalan yang baik
atau jahat, semua itu pada akhirnya tetap dalam takdir Alllah SWT.
Sesebagian
ahli aqidah ada yang membagi qadar menjadi dua bagian yaitu :
- Qadar Mubram, adalah ketentuan
Allah yang tidak dikaitkan dengan ikhtiar manusia.
- Qadar Muallaq, adalah ketentuan
Allah yang dikaitkan dengan usaha manusia.
Pendapat
yang menyatakan adanya pembagian qadar berdasarkan firman Allah SWT.:
Yang
artinya :
Allah
menghapuskan apa yang ia kehendaki dan menetapka (apa yang ia kehendaki). Dan
disisiNyalahterdapat Ummul Kitab(Lauh Mahpuzh) (QS.Ar Radu :39)
Iman
Kepada Qadha’ Dan Qadar
Bila kamu mengamati orang-orang dan teman-teman di sekelilingmu, maka
akan terlihat bahwa Allah SWT telah menciptakan setiap manusia dalam keadaan
yang tidak sama antara yang satu dengan yang lain. Ada yang laki-laki dan ada
pula yang perempuan, ada yang tampan dan ada yang kurang tampan, ada yang
cantik dan ada pula yang kurang cantik. Ada yang berambut pirang, berambut
hitam, ada yang berambut lurus, dan ada pula yang keriting. Ada yang berkulit
putih, sawo matang, dan ada yang berkulit hitam. Ada sangat cerdas dan ada pula
orang yang idiot. Seseorang tidak pernah meminta dilahirkan untuk menjadi
bangsa Indonesia, bangsa Malaysia, Cina, Arab, Amerika, atau bangsa manapun.
Semua itu merupakan ketetapan penciptaan Allah SWT yang sering kita sebut
dengan takdir.
Bagaimana manusia menyikapi takdir Allah SWT tersebut ? Untuk lebih
memahaminya simaklah pembahasan mengenai iman kepada Qadha dan Qadar berikut
ini !
Ciri
Beriman Kepada Qadha dan Qadar.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang dihadapkan kepada kenyataan
hidup yang dialaminya. Kenyataan itu kadang ada yang berbentuk positif dan
terkadang negatif, seperti :
• ada yang memuaskan ada yang tidak,
• ada yang menyenangkan ada yang menyusahkan,
• ada yang menurut kita baik ada yang buruk, dan sebagainya.
Bagi orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apapun kenyataan dan
peristiwa yang dialaminya, akan ditanggapi dan diterima secara positif.
Sebaliknya, bagi orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, kenyataan
apapun yang diterima ditanggapi dan diterima secara negatif.
Contoh :
• Orang beriman yang tertimpa musibah menanggapi kenyataan ini dengan
kesabaran dan ketabahan. Kesabaran dan ketabahan merupakan sika positif yang
dinilai Allah SWt dengan pahala. Jadi, selama dia sabar dan tabah, selama itu
pula pahalanya terus mengalir.
• Orang beriman ketika mendapatkan keberuntungan besar bersyukur dan
merasa bahwa semua itu karunia dari Allah SWT. Untuk itu ia ingin berbagi
kepada orang lain dengan menafkahkan sebagian keuntungannya tersebut.
• Orang yang tidak beriman ketika mendapat musibah merasa bahwa dirinya
tidak berguna lagi. Dia merasa putus asa dan akhirnya melampiaskannya dengan
berbagai macam perbuatan yang merusak, seperti melamun, merokok, mengkonsumsi
narkoba, bahkan ada yang bunuh diri.
• Orang yang tidak beriman ketika mendapat keuntungan bisnis yang
berlimpah malah menggunakannya untuk berfoya-foya. Dia merasa bahwa yang
didapatnya itu semata-mata merupakan prestasi yang harus diraakan dan dia
berhak dan bebas menggunakan sesuka hatinya.
Dengan memahami contoh-contoh tersebut, yakinkah kamu bahwa beriman
kepada qadha dan qadar mempunyai peranan penting dalam kehidupan? Kalau yakin,
tentu kamu ingin meningkatkan keimananmu kepada qadha dan qadar. Bagaimana
ciri-ciri orang yang beriman kepada qadha dan qadar? Berikut ini merupakan ciri
orang yang beriman kepada qadha dan qadar.
1.
Selalu menyadari dan menerima kenyataan.
Iman kepada qadha dan qadar dapat menumbuhkan kesadaran yang tinggi untuk
menerima kenyataan hidup. Karena yang terjadi adalah sudah pada garis ketentuan
Allah pada hakekatnya bencana atau rahmat itu semata-mata dari Allah SWT.
Firman Allah SWT :
Artinya : “Katakanlah: “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari
(takdir) Allah jika Allah menghendaki bencana atasmu, atau menghendaki rahmat
untuk dirimu dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung
dan penolong selain Allah”. (QS. al-Ahzab : 17)
2.
Senantiasa bersikap sabar.
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar akan senantiasa menerima segala
sesuatu dengan penuh kesabaran, baik dalam situasi yang sempit atau susah dan
tetap bersabar dalam situasi senang atau bahagia. Dengan demikian orang yang
beriman kepada takdir Allah SWT senantiasa dalam keadaan yang stabil jiwanya.
Artinya : “Apakah manusia itu mengira mereka akan dibiarkan,
sedang mereka tidak diuji lagi ?”. (QS. al-Ankabut : 2)
Wujud ujian dan cobaan bisa berupa tiadanya biaya pendidikan, fisik yang
lemah, penyakit, orang tua meninggal, dilanda bencana alam, dan sebagainya.
Perhatikan firman Allah berikut :
Artinya : “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS.
al-Baqarah : 155)
Renungkan ayat 155 surat al-Baqarah, yaitu supaya memberi berita gembira
kepada orangorang yang sabar. Memang dalam menghadapi cobaan diperlukan sikap
sabar. Tanpa sikap sabar akan sulit manusia mencapai sukses.
3.
Rajin dalam berusaha dan tidak mudah menyerah.
Agar seseorang terus giat berusaha ia pun yakin bahwa segala hasil usaha
manusia selalu diwaspadai, dinilai, serta diberi balasan. Firman Allah :
Artinya : “Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh
selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan di
perlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan
yang paling sempurna, dan bahwasannya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala
sesuatu)”. (QS an-Najm : 39-42)
4.
Selalu bersikap optimis, tidak pesimis.
Keyakinan terhadap Qadha dan Qadar dapat menumbuhkan sikap yang optimis
tidak mudah putus asa. Karena ia yakin walau sering gagal, pasti suatu saat
akan berhasil sehingga tidak akan berputus asa. Firman Allah SWT :
Artinya : “…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir.” (QS. Yusuf : 87)
5.
Senantiasa menerapkan sikap tawakal.
Tawakal (berserah diri0 kepada Allah SWT akan tumbuh pada diri seseorang
jika ia meyakini bahwa segala sesuatu telah dikehendaki Allah. Allah Maha
bijaksana sehingga menurut keyakinannya Allah tidak mungkin menyengsarakannya.
Allah sumber kebaikan sehingga tidak mungkin Allah menghendaki hamba-Nya kepada
keburukan. Firman Allah SWT :
Artinya : “Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah, Tuhanku,
dan Tuhanmu. Tidak ada satu binatang melata pun, melainkan Dialah yang memegang
ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.”(QS. Hud :
56).
Hubungan
Qadha dan Qadar
Wahai Tuhan! Ia masih berupa air mani. Setelah
beberapa waktu Malaikat berkata lagi: Wahai Tuhan! Ia sudah berupa segumpal
darah. Begitu juga Beriman kepada qadha dan qadar merupakan rukun iman
yang keenam. Qadha adalah ketentuan akan kepastian yang datangnya dari Allah
SWT terhadap segala sesuatu sejak zaman azali, yaitu sejak zaman sebelum
sesuatu itu terjadi. Segala sesuatu yang terjadi telah diketahui Allah SWT
terlebih dahulu karena Dialah yang merencanakan serta yang menentukannya.
Seluruh makhluk, baik malaikat, syetan, jin, maupun manusia tidak akan
mengetahui rencana-rencana Allah SWT tersebut.
Manusia punya rencana, tetapi Allah SWT yang menentukan. Ungkapan ini
merupakan salah satu bentuk cara memahami qadha dan qadar Allah SWT. Manusia
memang diberi kemampuan untuk berbuat dan berpikir, namun kedudukan Allah SWT
dan kekuasaan-Nya adalah di atas segala-galanya.
Ketentuan Allah SWT ini merupakan hak mutlak (absolut), tanpa campur
tangan siapapun dan dari manapun. Oleh karena itu manusia harus mau menerima
kenyataan. Kemampuan manusia terbatas pada ikhtiar untuk mengatasi
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Sedangkan berhasil atau gagal, ini
merupakan kekuasaan Allah SWT semata. Rasulullah saw bersabda :
Artinya : “Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a katanya: baginda
s.a.w bersabda: Allah SWT mengutus Malaikat ke dalam rahim. Malaikat
berkata:setelah berlalu empat puluh hari Malaikat berkata lagi: Wahai Tuhan! Ia
sudah berupa segumpal daging. Apabila Allah SwT membuat keputusan untuk
menciptakannya menjadi manusia, maka Malaikat berkata: Wahai Tuhan! Orang ini
akan diciptakan lelaki atau perempuan? Celaka atau bahagia? Bagaimana
rezekinya? Serta bagaimana pula ajalnya? Segala-galanya dicatat ketika masih di
dalam kandungan ibunya”. (HR Bukhari dan Muslim)
Qadar adalah ketentuan-ketentuan Allah SWT yang telah berlaku bagi setiap
makhluk sesuai dengan ukuran dan ketentuan yang telah dipastikan oleh Allah SWT
sejak zaman azali. Oleh karena itulah, baik buruknya telah direncanakan
terlebih dahulu oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya : “Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.” (QS
Ar Ro’du: 8)
Dari pengertian hadis dan ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
qadha dan qadar atas diri manusia telah diputuskan oleh Allah SWT sebelum
manusia ada atau dilahirkan ke dunia ini. Dalam kehidupan sehari-hari, istilah
qadha dan qadar biasa disebut juga dengan takdir. Jadi, beriman kepada qadha
dan qadar dapat dikatakan pula dengan beriman kepada takdir.
Takdir baru dapat diketahui oleh manusia dengan kenyataan atau peristiwa
yang yang telah terjadi, contoh :
1. Terjadinya musibah bencana tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember
tahun 2004 yang merenggut ratusan ribu korban meninggal dunia. Sebelum kejadian
tersebut tak ada seorangpun yang mengetahuinya.
2. Dalam suatu kejadian kecelakaan yang menewaskan seluruh penumpang
ternyata ada seorang bayi yang selamat. Menurut ukuran akal, si bayi adalah
makhluk yang sangat lemah dan tidak mampu mencari perlindungan, tetapi malah
dia yang selamat. Sementara penumpang lain yang sudah dewasa dan dapat berusaha
menyelamatkan diri malah meninggal dunia.
3. Ada seorang yang dilahirkan dari keluarga yang sangat miskin. Orang
sekampung memperkirakan anak tersebut kelak juga akan menjadi miskin seperti
orang tuanya. Namun, setelah anak tersebut dewasa ternyata menjadi orang yang
pandai berdagang, sehingga dia menjadi orang yang kaya.
Contoh-contoh di atas hanyalah merupakan bagian kecil ari
peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan takdir Allah SWT. Masih banyak sekali
peristiwa yang bisa kita pahami sebagai perwujudan dari qadha dan qadar dari
Allah SWT. Namun dari berbagai contoh di atas menunjukkan bahwa qadha dan qadar
Allah SWT akan tetap berlaku kepada setiap makhluk-Nya. Oleh karena itu, orang
beriman harus meyakini dengan sepenuh hati akan adanya qadha dan qadar. Firman
Allah SWT :
Artinya : “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya.
Demikianlah ketetapan (takdir) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (QS.
Yasin : 38)
Dalam surat al-Hadid ayat 22, Allah juga berfirman :
Artinya : “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan
(tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul
mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah.” (QS. al-Hadid : 22)
Contoh
dan Macam-macam Takdir.
Meskipun segala sesuatu yang terjadi di jagat raya ini sudah ditentukan
oleh Allah sejak zaman azali, tetapi pemberlakuan takdir Allah tersebut ada
juga yang mengikutsertakan peran makhluk-Nya. Karena itulah, takdir dibagi
menjadi dua, yaitu takdir mubram dan takdir mu’allaq :
1. Takdir
Mubram
Dalam bahasa Arab, mubram artinya sesuatu yang sudah pasti, tidak dapat
dielakkan. Jadi, takdir mubram merupakan ketentuan mutlak dari Allah SWT yang
pasti berlaku atas setiap diri manusia, tanpa bisa dielakkan atau di
tawar-tawar lagi, dan tanpa ada campur tangan atau rekayasa dari manusia.
Contoh takdir mubram antara lain :
Waktu ajal seseorang tiba
Usia seseorang
Jenis kelamin seseorang
Warna darah yang merah
Bumi mengelilingi matahari
Bulan mengelilingi bumi
Jika Allah sudah menetapkan bahwa seseorang akan mati pada suatu hari, di
suatu tempat, pada jam sekian, maka orang tersebut pasti akan mati pada saat
dan tempat yang sudah ditentukan itu. Ia tidak akan bisa lari atau bersembunyi
dari malaikat Izrail, meskipun ia berada di dalam sebuah tembok benteng yang
sangat kokoh. Allah SWT. berfirman :
Artinya : “Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan
kamu, meskipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…” (QS.
an-Nisa : 78)
2.
Takdir Mu’allaq
Dalam Bahasa Arab, mu’allaq artinya sesuatu yang digantungkan. Jadi,
takdir mu’allaq berarti ketentuan Allah SWT yang mengikutsertakan peran manusia
melalui usaha atau ikhtiarnya. Dan hasilnya aakhirnya tentu saja menurut
kehendak dan ijin dari Allah SWT. Allah SWT. berfirman :
Artinya : “…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum,
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (QS.
ar-Ra’d : 11)
Beberapa contoh takdir mu’allaq antara lain adalah kekayaan, kepandaian,
dan kesehatan. Untuk menjadi pandai, kaya, atau sehat, seseorang tidak boleh
hanya duduk berpangku tangan menunggu datangnya takdir tapi ia harus mengambil
peran dan berusaha. Untuk menjadi pandai kita harus belajar; untuk menjadi kaya
kita harus bekerja keras dan hidup hemat; dan untuk menjadi sehat kita harus
menjaga kebersihan. Tidak mungkin kita menjadi pandai kalau kita malas belajar
atau suka membolos. Demikian juga kalau kita ingin kaya, tetapi malas bekerja
dan suka hidup boros; atau kita ingin sehat, tetapi kita tidak menjaga
kebersihan lingkungan, maka apa yang kita inginkan itu tak mungkin terwujud.
Sebagaimana ciri orang yang beriman kepada qadha dan qadar di atas, orang
yang meyakini takdir Allah SWT, tidak boleh pasrah begitu saja kepada nasib
karena Allah SWT memberikan akal yang bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Allah SWT juga memberikan tubuh dalam bentuk sebaik-baiknya untuk
digunakan sarana berusaha.
Dengan demikian, jelaslah bahwa beriman kepada qadha dan qadar Allah
bukan berarti kita hanya pasrah dan duduk berpangku tangan menunggu takdir dari
Allah; melainkan juga berusaha yang giat sepenuh hati mengubah nasib sendiri,
berupaya bekerja dengan keras mencapai apa yang kita citacitakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar